Antara khusnul Khatimah Dan Su’ul Khatimah
Ahlanw Mati adalah sebuah keniscayaan. Kita yakin
hal itu pasti akan terjadi dan menghampiri. Kemanapun seorang menghindar, pasti
akan bertemu juga.meski begitu tidak semua orang memeliki sikap yang sama.
Sebagian mereka sadar betul kehidupannya akan berakhir. Lantaran itu mereka
benar-benar mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Bukansekedar angan-angan
dan harapan tetapi diwujudkan secara nyata dalam likhlasan hati dan amal
sholeh.mereka isi hiasi kehidupanya dengan ketekunan dan beramal mengharap
ampunan dan keridhaan Rabbnya. Orang –orang inilah yang mengakhiri kehidupannya
dengan indah. Hanya saja jumlah mereka minoritas.
Sebagian lain
bahkan malah bertindak sebaliknya. Harapan mereguk hudup yang baik jelas ada,
karena setiap orang pasti merindukannya.namun bukannya menyongsong dengan
amalan shaleh tetapi justru dengan amalan thaleh (jelek). Anehnya mereka
menyangka polahidup seperti itu memberikan kebahagiaan dan harapanmemperoleh
kehidupan bahagia.orang-orang seperti inilah yang mengakhiri hidupnya dengan jelek.
Dan jumlah mereka adalah mayoritas.
Sebenarnya kalau
kita sudi mengamati tanda-tanda akhir kehidupan yang baik dan yang jelek sangat
banyak. Allah sering mengisahkan dalam Al-Qur’an orang-orang yang mengakhiri
kehidupannya dengan baik. Begitu pula sebaliknya, Allah kisahkan orang-orang
yang mengakhiri kehidupannya dengan jelek. Bukankah kita sering mendengar kisah
akhir kehidupan kaum yang durhaka kepada nabi mereka. Tidakkah kita simak
episode yang menegaskan pada diri Fir’aun, Haman, Qarun, Abrahah beserta
kasukan gajahnya, dan masih banyak lagi. Demikian pula Rasulullah, beliau
kisahkan orang-orang yang mengakhiri kehidupannya dengan jelek. Simaklah kisah
para tokoh kafir Quraisy: Abu Lahab, Abu Jahal, Abu Thalib, dan selain mereka.
Belumlagi realita
yang terpampang dihadapan kita. Kadang seseorang wafat dengan menampakkan
tanda-tanda kebaikan seperti disabdakan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Namun sering kali pula seorang wafat menampakkan tanda-tanda kejelekan.
Cukuplah hal itu
sebagai pengingat dan peringatan bagi kita, bagi orang-orang yang mengharap
akhir kehidupan yang baik dan indah. Ironisnya peristiwanyata tersebut belum
cukup sebagai peringatan. Lantas peringatan apalagi yang dapat menggugah hati
yang keras.
Begitulah kalau
hati sudah keras dan membeku. Penyebabnya tiadalain adalah tiadanya iman yang
bersemayam di hati dan kalau pun ada tidak di pupuk dengan amalan shaleh tetapi
justru disiram dengan kemaksiatan. Tentu saja hatinya penuh bercak dan kotoran.
Hati seperti ini tidak lagi mampu membimbing pemiliknya meniti jalan kebenaran
dan keshalehan amal. Justru menurunkan kepada lembah kedurhakaan. Padahal
amalan jelek yang dilakukan secara kontinyu (terus-menerus)akan sangat membekas
dalam hati dan terbawa sampai ajal menghampiri. Ingatlah selalu, hati yang baik
akan memunculkan perilaku dan amalan yang baik pula. Begitu juga, hati yang
jelek melahirkan amalan yang jelek pula. Rabb kita menjanjikan kemudahan menuju
kebaikan bilamana kita mentaatiNya secara nyata. Sebaliknya, mengancam
orang-orang yang durhaka dengan dimudahkan menuju jalan neraka.
Simaklah untaian
sya'ir berikut:
Campakkan dosa-dosa kecil dan besar, itulah takwa
Berbuatlah bagaikan orang yang menelusuru jalan berduri, waspadai apa yang di hadapan mata
Jangan sekali-kalimeremehkan dosa kecil, karena gunung itu asalnya batu kecil biasa
No comments: