Manusia yang kenal dirinya sebagai hamba, akan terasa kerdil di hadapan Allah. Setiap apa yang ada padanya, hakikatnya adalah dari Allah yang maha esa bukan dari dirinya. Kerana itu tidak ada sebab untuk dia berbangga apalagi merasa memiliki degalanya.
Manusia yang beriman adalah manusia yang tawadhu. Pada hatinya senantiasa nerendah diri. Sifat tawadhu tidak sedikit pun mengurangi kemuliaan dan ketinggian derajat seseorang. Justru disisi Allah dia memiliki derajat yang tinggi, disisi manusia dia di hormati. Mudah bergaul dan mesra, berbanding dengan manusia yang meninggi diri. Orang yang meninggi diri walau pun tidak terlahir dari percakapannya, tetapi dapat dikesankan dari sikapnya.
(وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا)
"Sembahlah Allah dan janganlah kalian menyekutukannya dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak kalian, sahabat, anak-anak yatim, orang-orang musafir, dan tetangga kalian. Sesungguhnya Allah tidak mengasihi orang-orang yang sombong dan bermegah-megahan." (QS. An-Nisa : 36).
Untuk mendapatkan sifat tawadhu perlulah membuang sifat ego. Ego membuat kita sukar untuk memuliakan orang lain. Bila diri ini merasa lebih dari pada orang lain maka rasa kehambaan kepada Allah berkurang. Ini dinyatakan dalam hadits qudsi yaitu:
الكِبْرِيَاءُ رِدَائِي ، وَالعَظَمَةُ إِزَارِي ، فَمَن نَازَعَنِي وَاحِداً مِنهُمَا قَذَفتُهُ فِي النَّارِ
"Kesombong itu selendangku, dan ke agungan itu adalah jubahku barang siapa yang memakai salahsatu dari keduanya niscaya akan aku lemparkan dia kedalam neraka".
Sifat ego ini hampir mustahil dibuang dari hati. Namun kita bisa mengurangi dengan jangan mudah tersinggung atau menyinggung, berlapang dada, terima nasihat, pemaaf dan insafi diri.
Melawan sifat-sifat negatif hendaklah dilakukan berterusan dengan sabar melakukannya, ibarat air yang menetes diatas batu secara terus menerus sampai akhirnaya batu itu berlubang. Walaupun di pada awal-awal terasa payah, terasa berat. Mudah-mudahan bila kita usahakan, insyaallah menjadi sebagian dari akhlaq yang terukir dalam diri ini.
(إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ)
"Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebajikan". (QS. Al-Isra : 128)
No comments: